Kekerasan rumah tangga saat covid-19

Halo gw yakin dimanapun kalian berada pasti lagi pusing dengan ketidakpastian kapan Corona ini musnah dari permukaan bumi. Sama seperti kalian yang masih Jomblo menunggu jodoh yang tak kunjung datang. (Girls I’ve been there! Baca dong blog gw waktu jomblo biar kalian tidak galau banget, pasti ketemu!).

Kali ini gw mau membahas bagaimana hubungan rumah tangga gw selama dirumah saja yang sudah berjalan hampir 2 bulan (di Singapura lockdown disebut Circuit breaker dan berakhir 6 minggu lagi! Semangat!). Jujur masalah paling besar gw adalah harus masak 2 kali sehari dan mencuci piring yang berjibun (dari awal gw kenal Nico, dy suka dengan fresh food dan paling anti untuk bungkus makanan apalagi food delivery) . BUAT GW ITU BERAT. Gw sangat iri sekali sama mereka yang memiliki asisten rumah tangga atau punya dishwasher di rumahnya. IRI PAKE BANGET

Gw membahas ini karena gw membaca berita di Cinapost dan The guardian bahwa tingkat perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga meningkat drastis setelah adanya lock down Begitu juga group expat wives di Singapura yang membahas tentang domestic violence yang terjadi semenjak dilakukannya circuit break dan terakhir sahabatnya Nico yang juga seorang Polisi mengabarkan bahwa semenjak di Perancis menerapkan lock down, kepolisian di Paris menerima banyak sekali aduan mengenai kekerasan di dalam rumah tangga, antara suami istri bahkan ke anak-anak mereka. HOW SAD

Gw bersyukur karena gw memilih pasangan yang tepat (semoga selamanya yah, gw sebenernya tidak mau takabur) yang makin terlihat saat dirumah saja seperti sekarang. Sebenernya kita sudah terbiasa 24/7 bersama disaat liburan. Buat gw, Nico adalah teman karena kita bisa membahas apapun dan bergosip selama berjam-jam. Nico juga sudah biasa membantu gw dalam pekerjaan rumah jadi kalau lelah ya gantian. Work from home membuat Nico sibuk seharian di depan laptopnya jadi kadang dy merasa terganggu kalau gw bolak-balik menghampiri di ruang kerjanya. Setiap ada hal-hal yang kita rasa mengganggu, langsung kita diskusikan untuk mencari jalan keluarnya.

Kita membuat jadwal kegiatan yang bisa kita lakukan di dalam rumah, termasuk jadwal menonton setiap malam (biasanya kita menonton hal yang sama setelah seharian berkegiatan diluar rumah). Sekarang pada hari tertentu kita menonton film yang sama dan sisanya kita menonton film yang berbeda. Ketika bosan di dalam rumah kita akan refreshing di balkon, pergi berbelanja bahan makanan ataupun berolahraga di taman dekat rumah. INI MEWAH GUYS.

Gw juga bertanya kepada beberapa teman apakah di rumah saja berdampak pada hubungan mereka dengan pasangan? Semuanya menjawab biasa saja. Kita sempat berdiskusi mengapa banyak perceraian dan kekerasan terjadi, kesimpulannya dari diskusi sore kita adalah :

1. Dirumah saja adalah masa yang sangat sulit, semua orang cemas dan lebih sensitif karena kebiasaan mereka terganggu dan tidak ada yang tau sampai kapan (istilah senggol bacok sesungguhnya).

2. Stress berlebihan karena banyak faktor salah satu yang trend saat ini adalah PHK, pengurangan gaji atau dagdigdug akan kehilangan pekerjaan yang merupakan sumber keuangan utama.

3. Kurangnya waktu bersama dengan keluarga, sehingga tidak “mengenal” pasangan dan anak-anak mereka dengan baik. Banyak orang terbiasa pergi ke kantor atau business trip, bahkan mungkin menjadikan pekerjaan sebagai pelarian ketika ada masalah keluarga.

4. Anak-anak yang sangat aktif, penuh energi butuh keluar rumah sehingga orangtua tidak bisa fokus work from home.

5. Kurangnya me-time, tidak ada privasi melakukan hal-hal yang kalian suka sendirian.

6. Hubungannya memang sudah tidak sehat dan semakin memburuk dimasa pandemik seperti sekarang.

7. Some people are just ashole.

Buat kalian yang baca ini :

“Hang in there, We are on this together. We are strong, stay home and stay safe! May this corona rest in peace very soon”

CIKA

Leave a comment